ADAT ISTIADAT SUKU JAWA – Mungkin dari salah satu diantara kalian belum ada yang mengetahui mengenai adat istiadat suku jawa, maka dari itu pada artikel ini saya akan menulis tentang adat istiadat suku jawa.
Dengan adanya pembahasan mengenai adat istiadat suku jawa ini mudah-mudahan dapat menambah ilmu pengetahuan untuk para pembaca isi dari artikel ini.Penduduk-penduduk Jawa hidup didalam lingkungan yang memiliki adat istiadat yang sangat kental. Adat istiadat suku jawa ini masih kerap dipakai ketika ada kegiatan-kegiatan yang di selenggarakan oleh masyarakat-masyarakat jawa.
Adat istiadat Jawa ini selain digunakan dalam adanya kegiatan-kegiatan yang dibuat oleh masyarakat setempat, adat istiadat ini pun kerap digunakan dalam kehidupan-kehidupan manusia, misalnya seperti masa-masa kehamilan sampai kematian pun adat istiat Jawa ini masih kerap digunakan.
Adat istiadat Jawa ini oleh penduduk asli jawa digunakan dan diterapkan didalam kehidupan sehari-harinya.
Penduduk suku Jawa ini merupakan penduduk yang jumlah nya terbesar di Nusantara Indonesia. Jumlah dari penduduk suku Jawa ini hampir mencapai setengah dari seluruh jumlah populasi penduduk yang tinggal di Negara Indonesia.
Berasal nya suku Jawa ini dari Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY (Yogyakarta), dan Jawa Timur. Semua sendi-sendi (Pondasi) pada kehidupan di penduduk suku Jawa ini tidak ada yang namanya lepas dari adat istiadat. Yang emang adat istiadat ini sudah dipercayai sejak jaman dahulu kala.
Adat istiadat suku Jawa ini merupakan bentuk kebisaan dan budaya yang telah diwarisi oleh leluhur-leluhur penduduk Jawa, yang dilakukan oleh sebagian besar penduduk Jawa.Bagi masyarakat penduduk jawa, apabila ada sebagian orang yang tak melakukan adat istiadat suku Jawa atau mulai meninggalkanny adat istiadat tersebut, maka akan di anggap oleh masyarakat Jawa sebagai orang yang tak wajar, bahkan akan sering mendapatkan celaan dari penduduk-penduduk sekitar.
Kebanyakan adat istiadat ini memliki sumber dari kepercayaan-kepercayaan nenek moyang pada zaman dahulu, tetapi adat istiadat suku Jawa ini tidak memiliki sumber selain sumber utama nya adalah Agama Islam, kebanyakan dari penduduk Jawa ini rata-rata semuanya hampir memeluk Agama Islam.
Maka dari itu, hal demikian banyak sekali dari penduduk Jawa yang mulai meninggalkan ritual-ritual pelaksanaan dalam adat istiadat suku Jawa. Mengapa demikian? Karena bagi mereka ketika mengikuti ritual-ritual adat ini banyak yang tidak sesuai dengan ajaran-ajaran didalam Agama Islam.
Seperti yang sudah disebutkan didalam pelaksanaan adat istiadat suku Jawa ini, bahwa didalam adat istiadat suku Jawa ini memiliki berbagai aspek kehidupan manusia.
1. Adat Istiadat Suku Jawa Ketika Perempuan Sedang Hamil
Pasti semua orang menggap bahwa ketika seorang perempuan hamil itu harus benar-benar dijaga supaya tidak akan terjadi hal-hal yang buruk menimpa dan anaknya.Didalam Adat istiadat suku jawapun mempunyai kepercayaan-kepercayaan seperti ini.
Ketika seorang perempuan sedang hamil/mengandung bayi didalam perutnya, didalam suku jawa seorang perempuan yang sedang mengandung itu akan benar-benar yang namanya dijaga, supaya tidak akan terjadi hal yang buruk menimpa perempuan dan calon anaknya itu.
Untuk mengenai hal ini, biasanya didalam penduduk suku jawa akan menyelenggarakan acara semacam selamatan-selamatan.
Mengadakannya acara selamatan ini dilakukan selama dua kali selama masih pada masa-masa mengandung/kehamilan, pertama adanya acara selametan ini ketika usia sang bayi didalam kandungan mencapai tiga bulan, dan acara selamatan yang kedua ini dilakukan ketika usia sang bayi sudah mencapai umur 7 bulan.
2. Adat Istiadat Suku Jawa – Upacara Sekaten
Didalam suku jawa adanya upacara sekaten ini merupakan bentuk rasa hormat masyarakat Jawa kepada Baginda Nabi Rasulullah SAW yang mana Rasulullah SAW ini sudah menyebarkan agama yang mulia (Islam) di tanah Jawa ini.
Selain itu, upacara sekaten juga merupakan upacara peringatan kelahiran Rasulullah SAW yang mana upacara sekaten ini diadakan selama 7 hari.
Pada saat ini upacara sekaten ini masih dilestarikan di kawasan kerajaan-kerajaan, seperti di Yogyakarta dan Kota Solo. Bahkan ketika upacara sekaten dimulai, dari pihak kerajaan keraton didaerah Surakarta ini mengeluarkan 2 jenis alat musik gamelan, yaitu gamelan Guntur Sari, dan gamelan Kyai Gunturmadu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar